Minggu, 09 Oktober 2016

Elegi Panas Diri

Jantungku berdetak
Pelan. Lalu merekah retak
Kala melepas peri jauh kesana

Sajaknya makin nyeri
Menjadi. Menjadi
Jadi panas bara batu berapi

Aku tak habis pula
Sebisa ular paling berbisa
Lidahnya lebih beracun
Meracun!
Membunuh aku dengan santainya

Tak pernah kucecap sebelumnya
Madu secawan di atas meja
Yang kusangka-sangka
Aku hanya memberi
Memberi! Dan terus...

Apa aku tak pernah peduli?

Mungkin saja aku yang terlalu keji
Menguji
Membumbung angan menjeruji
Hinggap harap mendekap
Menembus arus yang membalik menuju satu yang tak pantas dituju

Namun bukan itu semua
Ada janji pada seorang tak bernama
Janji 'tuk menghilangi
Sosok yang tinggal rongsok menyakiti

Sadar aku tidak dalam terjaga
Masuk terjebak dalam mimpi
Terpenjara. Lupa semedi

Sempat tak sempat kala dia
Membumbung niat pada senda
Aku ada. Walau dalam nyata itu tiada
Mungkin sekedar bayang yang mendahului cahaya

Apa semesta selalu mendahului
Dapat dia cerita pada sosok diri
Yang bahkan mengenal saja tidak
Apalagi tahu maksud hati

Kisah tak harus berakhir indah
Namun yang buatku marah
Sejurus lidah
Memamah apa yang diperdaya

Awalku menengadah
Akhirku selalu kalah
Jasadku menyisa rangka
Tatap tak berhingga
Ruh beradu tinju dengan sukma

(Ts. Oktober 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar